PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK
SAPI POTONG
Nama : Ilham Syarif
Stambuk : I311 10 255
Kelompok : III (Tiga)
Jurusan
: Sosial Ekonomi
Peternakan
Asisten : Feby Ratridini S
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging
yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat
meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber
protein hewani khususnya daging.
Pertumbuhan ternak potong meliputi pertumbuhan pre
natal dan post natal. Pertumbuhan pre natal adalah
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan
pertumbuhan post natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung
mulai ternak dilahirkan sampai mati.
Usaha
ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi
pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, Agar usaha
ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih
bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan
pengawasan terhadap kesehatan ternak. Hal inilah yang melatar belakangi
diadakannya praktek lapang produksi ternak potong mengenai Tatalaksana Pemeliharaan Sapi
Potong.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui mengenai sanitasi kandang, pencampuran dan pemberian pakan, serta
dapat mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong yang digembalakan.
Kegunaan dari praktikum ini
adalah agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara membersihkan atau
sanitasi kandang, pencampuran dan pemberian pakan serta mengetahui jumlah
ternak yang digembalakan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan persiapan
yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara ternak sapi potong adalah
membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian juga dalam penggunaan alat
harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan ternak maupun efisiensi (Anonima,
2012).
Induk
yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi, membutuhkan
makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Induk bunting harus
dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan. Semua induk
bunting hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila sudah dekat masa melahirkan
harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih, kering, dan terang. Lantai
kandang harus diberi alas, misalnya dengan jerami atau rumput (Anonima,
2012).
Jika
“pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang menyelubungi
tubuh. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus menekan-nekan
dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar dipotong,
disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium tincture 10
persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai bisa
berjalan dan menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring harus
diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat (Anonima,
2012)
Menurut
(Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai berikut :
1.
Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di
daerah-daerah yang mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara,
Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang
penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di
tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.
2.
Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara
secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang
mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan
dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi
dalam kandang.
3.
Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan
perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada
pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat
penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada
malam hari.
B. Perkandangan
1.
Syarat Kanndang
Kandang merupakan
salah satu unsur penting dalam suatu usaha peternakan, terutama dalam
penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan
jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama
untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari
sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu,
kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik
dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi
sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Dengan adanya kandang,
diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam pemberian
pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin (Anonimc,
2012).
2.
Kontruksi Kandang
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan-
yang ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan
saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya
dibuat dari kayu berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu
berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda
dengan kayu kotak yang memiliki sudut tajam, (Wello, 2011)
Atap Kandang
Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian atas dari
kandang dan berfungsi untuk menghindari air hujan dan terik matahari, menjaga
kehangatan ternak di waktu malam hari serta menahan panas yang dihasilkan oleh
tubuh sendiri. Tanpa atap, panas di dalam kandang sebagian akan hilang ke atas
pada waktu malam, sehingga suasana kandang pada saat itu akan menjadi dingin.
Sudut kemiringan atap sekitar 30o dengan bagian yang miring meluncur
kebagian belakang.
Tinggi Kandang
Kandang di daerah yang
mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran rendah dan pantai) hendaknya
dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada di daerah pegunungan. Hal ini
dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak atau
berganti sehingga dapat diperoleh ruang kandang cukup sejuk.
Kerangka Kandang
Terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu
disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang ada. Pemilihan bahan kandang
hendaknya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha.
Dinding Kandang
Dinding kandang sapi selbih sederhana dibandingkan dengan
kandang kerbau, namun perlu diperhatikan bahwa dinding sebagai pembatas bagian
tepi kandang yang berfunsi sebagai penahan angin langsung, penahan keluarnya
udara panas dari dalam kandang yang dihasilkan oleh tubuh ternak.
Ada berbagai macam bahan yang bisa dimanfaatkan untuk
dinding. Kriteria bahan harus ditinjau dari segi kemanfaatan, jaminan bagi
hidup ternak, dan ekonomis. Bahan-bahan yang bisa dipergunakan sebagai dinding
kandang sapi pada umumnya berasal dari anyaman bambu, papan dan tembok.
Lantai kandang
Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian
bawah, atau tempat berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka
pembuatan lantai kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak licin,
tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan, atau awet.
Tempat Pakan dan Air Minum
Bagian
kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air minum.
Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm dan dalamnya
30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat pakan diperlukan untuk efisiensi dan
efektifitas pakan yang diberikan. Biaya pakan akan membengkak jika pakan yang
diberikan tidak habis dimakan ternak tetapi hanya berserakan didalam maupun
luar kandang.
Tempat
air minum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum ternak dan menghindari
tumpahnya air jedalam kandang. Syarat tempat pakan dan air minum adalah:
·
Mudah
dijangkau mulut ternak tetapi tidak bisa terinjak.
·
Mampu
menampung jumlah pakan/air yang diperlukan ternak sampai pemberian pakan/air
berikutnya.
·
tidak
mudah digerak-gerakkan ternak sehingga pakan/air minum yang ada tidak tumpah.
Khusus tempat air minum, tidak boleh bocor sehingga mengairi kandang.
Selokan
Selokan berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran.
Selokan biasanya dibuat dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan
ini dibuat di dalam kandang di bagian ekor sapi, baik itu di kandang tunggal
maupun kandang ganda. Tujuannya, agar pekerja mudah membersihkan kotoran dan
urine sapi.
3.
Model
Kandang
Menurut Purnawan dan
Saparinto (2009) ada 2 model kandang sapi, yakni
kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion
barn).
Kandang Bebas
Kandang bebas merupakan barak atau areal yang
cukup luas dengan atap diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa
adanya batasan sedikit pun. Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih
ada didalam area kandang. Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau
ruangan, tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang
bebas yang berukuran 7m X 9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.
Pembesaran sapi didalam
kandang bebas dapat menyebabkan beberapa hal berikut:
·
Membutuhkan biaya pembuatan
kandang, tetapi lebih murah dibanding dengan kandang individual.
·
Penggunaan tenaga kerja
lebih sedikit.
·
Kandang mudah dikembangkan
tanpa banyak perubahan
·
Sapi mudah saling beradu
·
Mudah untuk membantu
mendeteksi birahi
Kandang konvensional
Posisi ternak yang
dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim disebut sistem stall. Susunan
stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall ganda tail
to tail, dan stall face to face.
·
Stall tunggal
Pada kandang stall tunggal,
sapi ditempatkan satu baris dengan kepala searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah
ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.
·
Stall ganda
tail to tail
Sapi pada kandang Stall ganda
tail to tail ditempatkan dua baris sejajar (stall ganda) dengan gang di
tengah, sedangkan kepala ternak berlawanan arah atau ekor saling berhadapan
(tail to tail).
·
Stall ganda
face to face
Model kandang ini mendesain
sapi pada dua baris sejajar dengan gang di tengah dengan kepala ternak saling
berhadapan (face to face). Gang di tengah agak lebar.
4.
Peralatan Kandang
Menurut (Anonimd,
2012) dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk keperluan
di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan bersih, adapun
peralatan kandang yang diperlukan antara lain sbegai berikut:
Ember, digunakan untuk
mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan ternak. Sebaiknya ember terbuat
dari bahan antikarat, seperti ember plastik.
Sikat, digunakan untuk
menggosok badan ternak waktu dimandikan dan menggosok lantai waktu membersihkan
kandang. Sikat yang baik terbuat dari ijuk.
Skop, digunakan untuk
mengambil/membuang kotoran dan mengaduk pakan penguat.
Sapu lidi dan sapu ijuk,
digunakan untuk membersihkan kandang, sebaiknya sapu terbuat dari lidi daun
kelapa.
Gerobak, untuk mengangkut
sisa-sisa kotoran, sampah, rumput ke tempat pembuangan.
Garu kecil, digunakan untuk
membersihkan sisa pakan dan kotoran dalam kandang.
Karung digunakan untuk
tempat pakan
C. Sistem Pemberian Pakan
Pakan
yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu maupun
jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang terpenting
adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral bagi ternak. Pakan ternak sapi digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu
(Anonime, 2012).
Pakan Hijauan
Pakan
hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan,
misalnya bangsa rumput (Gramineae), legum dan tumbuh-tumbuhan lain. Pakan
hijauan ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu dalam bentuk hijauan
segar (diberikan dalam keadaan masih segar ataupun berupa “silase”) dan dalam
bentuk kering, bisa berupa “hay” (hijauan yang sengaja dikeringkan) atau jerami
kering (sisa hasil ikutan pertanian yang dikeringkan). Pakan hijauan ini banyak
mengandung serat kasar. Seekor ternak sapi diberi hijauan tergantung dari berat
badannya, sekitar ± 10% dari berat badan.
Pakan Konsentrat (Penguat)
Pakan
konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga
menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan gizi
dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan konsentrat mempunyai kandungan
serat kasar rendah dan mudah dicerna. Pemberian pakan konsentrat per ekor per
hari ± 1% dari berat badan. Contoh bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul,
bungkil kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
Pakan Tambahan
Pakan
tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan
oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam
kandang terus menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A
(karotina) dan vitamin D. Mineral dibutuhkan oleh sapi untuk berproduksi.
Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama adalah Ca dan P. Ca dan P ini dapat
diperoleh dari tepung tulang (mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya
dapat diberikan kepada sapi dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari
seluruh ransum yang diberikan.
D.
Komposisi Bahan Pakan
Menyusun ransum bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus diusahakan agar kandungan zat-zat
makanan dalam ransum sesuai dengan kebutuhan ternak yang dipelihara. Dengan demikian kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan dan produksi ternak terpenuhi.
Agar mendapatkan susunan ransum yang seimbang perlu dipahami beberapa
petunjuk yang disajikan berikut menurut Santosa (2006) yaitu :
ü
Konsentrat (biji-bijian) umumnya digunakan sebagai sumber energi. Jumlah energi dalam ransum jangan kurang dari
3.0 % atau lebih dari 5.0% kebutuhan ternak.
ü
Suplemen protein hanya digunakan untuk meningkatkan kandungan protein
ransum. Pemberian protein jangan melebihi dari 5.0%kebutuhan ternak (karena
protein merupakan zat makanan yang sangat mahal).
ü
Nisbah Ca : P antara 1 : 1 atau 2 : 1.
Garam dapur ditambahkan 0.25% - 0.5% dari total pakan untuk babi atau
0,5 – 1.0% untuk ruminansia.
ü
Ransum ditambah vitamin A, terutama bila proporsi hijauan rendah .
ü
Lemak ditambahkan 2.0 – 3.0 % untuk sapi yang digemukkan. Pemberian molases dibatasi 5,0 – 8.0% dari
ransum.
ü
Satu kilogram dari 40 – 44 % suplemen protein kasar setara dengan 2.72
kg hay leguminosa.
ü
Hijauan kasar dapat digunakan untuk menyediakan sebagian besar nutrisi
bagi ternak ruminansia.
ü
Konsentrat kadang-kadang hanya diperlukan ternak pada sepertiga akhir
kebuntingan, pada ternak kerja atau untuk memproduksi susu atau lemak.
ü
Sapi potong memerlukan ransum brdasarkan bahan kering sebanyak 2.0% dari
bobot tubuh.
Menurut Santosa (2006) bahwa dalam menyusun ransum,
tentukanlah hal-hal yaitu sebagai berikut :
1.
Sediakan bahan pakan yang akan disusun menjadi ransum beserta hasil
analisis zat makanannya. Sebaiknya bahan
yang akan digunakan sudah dilakukan analisis proksimat.
2.
Ketahui kelas, umur, produksi, dan kondisi fisiologis ternak yang
bersangkutan sehingga diketahui kebutuhannya untuk hidup pokok, pertumbuhan,
dan produksinya.
3.
Ketahui data kebutuhan tiap zat makanan untuk ternak yang
bersangkutan. Sesuai dengan
pertambahan bobot badan yang diharapkan
pada berbagai keadaan ternak tersebut.
4.
Tentukan dasar penyusunan ransum berdasarkan energy, protein, TDN, atau
lainnya.
5.
Ketahui margin of safety atau batas pemberian suatu bahan pakan yang
tidak membahayakan bagi ternak yang akan mengonsumsinya.
6.
Usahakan bahan pakan terdiri dari sumber nabati dan sumber hewani untuk
saling menutupi kekurangan zat makanan yang dibutuhkan.
E. Teknik Pencampuran Pakan
Metode pencampuran pakan yakni: pertama-tama menyiapkan
alat dan bahan. Menimbang masing-masing
bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum.
Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan
cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling
sedikit berada di atas. Setelah itu
melakukan penghomogenan dengan cara membolak balik pakan menggunakan sekop
hingga 4 kali atau sampai homogen.
Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan
simpan dalam gudang pakan (Umiyah, 2007)
Pakan
dibuat dengan menggunakan alat-alat sederhana dan dengan tangan yang dilakukan
di atas lantai. Alat-alat yang diperlukan adalah skop (paddle) atau drum yang
dirancang dengan desain mixer. Teknik mencampur menggunakan skop dilakukan di
atas lantai yang bersih dan rata. Bahan-bahan pakan (sesuai dengan formula)
ditimbang. Kemudian ditaburkan di atas lantai yang sudah dibersihkan.
Bahan-bahan
disusun secara vertikal menurut banyaknya (bahan pakan yang jumlahnya paling banyak
ditempatkan paling bawah, kemudian disusul dengan bahan yang lebih sedikit).
Khusus untuk bahan pakan dengan partikel kecil dan sedikit jumlahnya, sebelum
ditaburkan harus dicampurkan terlebih dahulu (Anonime, 2012).
F. Pengembalaan
Padang penggembalaan merupakan tempat
menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini
telah ditanami rumput unggul dan atau legume dengan jenis rumput/ legume yang
tahan terhadap injakan ternak. Sistem penggembala biasanya ternak dilepas bebas
di padang penggembalaan untuk mencari rumput. Pakan dikonsumsi secara bebas dan
tergantung pada ketersediaan rumput di lapangan. Biasanya daya tampung untuk
sistem gembala adalah 1 – 2 ekor per hektar sehingga sistem gembala membutuhkan
lahan yang luas. Saat ini ketersediaan padang penggembalaan semakin sempit,
terdesak oleh pembangunan sarana dan prasarana jalan, perumahan, industri dan
sebagainya (Mahardi, 2009).
Sistem penggembalaan yang dapat diterapkan pada padang
penggembalaan yang telah dibangun, yaitu : Penggembalaan kontinyu dan
Penggembalaan bergilir (Rotation grazing). Namun demikian aplikasinya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan (Mahardi, 2009).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Produksi
Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Minggu,
tanggal 7 Oktober
sampai dengan 14 Oktober 2012 bertempat di Animal
Center Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, skop, gerobak, parang,
karung, ember dan tempat sampah.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah ternak sapi potong sebanyak 39 ekor,
dedak, rumput gajah, Lamtoro, Bungkil kelapa, ampas tahu dan Feed Suplement
Mineral.
Metode Praktikum
a.
Sanitasi Kandang
Pembersihan ataau sanitasi
dilakukan selama 7 hari setiap pagi dan sore hari, yaitu pagi pada pukul 06.00
-06.30 WITA dan sore pukul 16.00-17.00 WITA. Dimana dalam 7 hari, kandang
dibersihkan dari kotoran yang umumnya sisa bahan pakan yang bercampur dengan
kotoran sapi itu sendiri, selokan, palungan (tempat makan dan air minum), gang
tengah dan lantai.
b.
Pencampuran dan Pemberian
Pakan
1.
Pemeliharaan Semi Intensif
Pemberian
makanan yaitu berupa hijauan dan konsentrat (makanan tambahan) sebanyak 2 ember
pada pagi hari sedangkan pemberian air minum dengan cara adlibitum (tidak
terbatas). Digembalakan pada sore hari dan dikandangkan pada malam hari.
2.
Pemeliharaan Intensif
Pemberian
pakan yaitu berupa konsentrat pada pagi dan pemberian hijauan siang dan sore.
Pemberiaan air minum secara adlibitum.
Metode pencampuran pakan
yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang
masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu
dedak 46 kg, bungkil kelapa 3 kg dan feed supplement 0,25 kg. Setelah diperoleh
hasil penimbangan, selanjutnya mencampur bahan dengan cara menumpuk bahan
ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas.
Setelah itu, melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan
menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang
homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan.
c.
Menghitung Jumlah Populasi
Ternak Sapi
Penghitungan dilakukan
dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menyiapkan buku catatan, kemudian
hitung jumlah sapi terdiri dari induk, dara, pedet, pejantan dan jantan muda,
lalu catat pada buku catatan.
PEMBAHASAN
A. Keadaan
Khusus Untuk Ternak Potong
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa keadaan khusus untuk ternak potong
yang ada di kandang dalam kondisi yang sehat. Kandang dari ternak potong
ditempati oleh ternak dalam keadaan berkelompok. Induk yang terdapat di dalam
populasi ternak potong terdiri dari 14 ekor dan dara 6 ekor. Jantan terdiri
atas pejantan 4 ekor, jantan muda 5 ekor dan total pedet 10 ekor. Jenis kandang
yang ditempati oleh ternak potong yaitu jenis kandang bebas karena ternak bebas
masuk ke dalam kandang yang disukai dan merupakan kandang yang tidak memiliki
penyekat dalam satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi ternak
sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang
menyatakan bahwa kandang bebas (koloni) merupakan barak terbuka tanpa ada
penyekat di antara ternak sehingga ternak bebas bergerak pada areal yang cukup
luas, kecuali pada waktu diberi perlakuan khusus.
Selain itu, kebutuhan
nutrisi dari masing-masing ternak berbeda-beda karena kebutuhan hidup dan
produksi dari masing-masing ternak juga berbeda-beda. Pada umumnya, setiap sapi
membutuhkan makanan berupa hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima
(2010) yang menyatakan bahwa setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan
seperti sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh
memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening),
kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Pemberian pakan sapi yang
dilakukan yaitu dengan cara kereman, yaitu ternak didalam kandang dan diberikan
pakan. Pemberian pakan dengan cara ini merupakan pemberian pakan yang terbaik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2010), yang menyatakan bahwa
pemberian pakan dengan kereman adalah pemberian pakan yang terbaik.
Menurut keadaannya, jenis
hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan
silase.mMacam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu
minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput
gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering
berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan
disimpan lebih lama.
B. Sanitasi
Kandang dan Lingkungan
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan diketahui bahwa sanitasi kandang dan lingkungan dilakukan
dengan cara membersihkan kandang setiap pagi dan sore hari. Tempat pakan dan
minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan serta kotoran. Pelaksanaan sanitasi ini
yaitu pagi jam 06.00 -06. 30 WITA dan sore jam 16.00-17.00 WITA (selesai).
Sanitasi kandang dilakukan bertujuan agar keadaan kandang dapat bersih dan
higienis sehingga lingkungan disekitar kandang menjadi sehat bagi ternak. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa
sanitasi (higiene atau kesehatan lingkungan) berarti ada hubungannya dengan
lingkungan. Jadi, sanitasi berarti kesehatan yang lazim dikaitkan dengan
lingkungan kehidupan. Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat, terbebas
dari penyakit menular. Ternak-ternak yang dipelihara harus dalam keadaan sehat.
Begitu pula orang-orang yang neneliharanya atau siapa saja yang berhubungan
denganm ternak harus adalam keadaan sehat. Dalam upaya melakukan sanitasi yang
baik dan benar dalam suatu usaha peternakan, hal yang penting diperhatikan
yaitu :
·
Sirkulasi dapat masuk ke
dalam kandang
·
Sirkulasi dapat berlangsung
dengan lancer
·
Saluran-saluran air
pembuangan harus dijaga tetap bersih
·
Tempat-tempat pembuangan
kotoran harus terletak jauh dari kandang
·
Kebersihan lantai kandang
harus dijaga dari feses sapi
·
Peralatan-peralatan yang
dipergunakan dalam peternakan harus bersih dari kotoran.
C. Pemberian
Pakan dan Minum
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa pemberian pakan dan minum dilakukan
setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan
pada pagi hari diberikan konsentrat. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan
untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi, begitu pula dengan
pemberian air minum diberikan secara adlibitum (tidak terbatas). Sedangkan pada
sore hari diberikan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan
Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong
sebaiknya ransum hendakya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap
harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya
pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya
saliva (air ludah). Saliva ini berfungsi sebagai buffer (penyangga) di dalam rumen
sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi
konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah
terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty
acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat
yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP)
akan menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi
peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi
kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada
ternak.
D. Pengamatan
Populasi
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa pengamatan populasi dilakukan
dengan perhitungan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menyiapkan buku
catatan, kemudian hitung jumlah sapi (jantan/betina, dara, anak), lalu catat
pada buku catatan. Jumlah induk sapi 14 ekor, dan sapi dara 6 ekor. Sedangkan
jantan terdiri dari pejantan 4 ekor, jantan muda 5 ekor dan total pedet 10
ekor.
E. Pencampuran
Bahan Pakan
Berdasrkan praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa metode pencampuran pakan yang
dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing
bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu dedak 46 kg,
bungkil kelapa 3 kg dan feed supplement 0,25 kg. Selanjutnya mencampur bahan
dan melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan
sekop. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan
simpan dalam gudang pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc
(2010), yang menyatakan bahwa Metode pencampuran pakan, pertama-tama menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian menimbang masing-masing bahan ransumsesuai dengan
perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya
bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga
yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan
cara membolak-balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen.
Kemudian setalah ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam karung yang
telah disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan.
Menurut Kusharjanta dkk
(2004), pencampuran pakan kering juga sudah dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin pemcampur dengan posisi tong miring, hasil program vucer 2004. Namun,
proses pencampuran pakan biasanya masih dilakukan secara manual. Oleh karena
itu, rekayasa mesin pencampur pakan basah menjadi penting untuk dilakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa:
· Keadaan khusus untuk ternak
potong yang ada di kandang dalam kondisi yang sehat. Kandang dari ternak potong
ditempati oleh ternak dalam keadaan berkelompok. Jenis kandang yang ditempati
oleh ternak potong yaitu jenis kandang bebas karena ternak bebas masuk ke dalam
kandang yang disukai dan merupakan kandang yang tidak memiliki penyekat dalam
satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi ternak sapi potong.
· Sanitasi kandang dan
lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap pagi dan sore
hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan serta kotoran.
· Pemberian pakan dan minum
dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang.
Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat. Pemberian konsentrat
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi,
begitu pula dengan pemberian air minum diberikan secara adlibitum. Sedangkan
pada sore hari diberikan hijauan.
· Pengamatan populasi
dilakukan dengan perhitungan dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
Menyiapkan buku catatan, kemudian hitung jumlah sapi (jantan/betina, dara,
anak) lala catat pada buku catatan. Jumlah induk sapi 14 ekor, sapi dara 6
ekor. Sedangkan jantan terdiri dari pejantan 4 ekor, jantan muda 5 ekor dan
total pedet 10 ekor.
·
Pencampuran pakan yang
dilakukan bertujuan untuk memberikan energy yang cukup bagi ternak selama 24
jam.
Saran
Saran untuk Laboratoriuum,
yaitu sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan, telah disediakan agar
praktikum dapat berjalan lanar, sedangkan untuk
asisten, yaitu agar dapat
menjelaskan manfaat dari pakan yang diberikan kepada ternak bagi pertumbuhannya jangan berikan tugas kepada praktikan untuk mencari
jawabannya karena tidak ada gunanya diadakan praktikum ketika pada dasarnya
dibebankan kepada praktika
Anonima.
2010. Produksi Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
d.
2010. Teknik Pemeliharaan Sapi Peluang Usaha Sapi Potong. http://binaukm.com/2010/05.
(Diakses tanggal 23 Oktober 2012.)
e. 2012. Pakan Peluang Usaha Spi Potong.http://binaukm.com/2010/05. (Diakses
tanggal 24 Oktober 2012).
f. 2012. Teknik Pencampuran
Pemberian Pakan. http://www. Anneahira.com. (Diakses
pada 24 Oktober 2012).
g. 2012. Pembebasan Sapi Potong Secara Intensif. http://buka-mata.blogspot.com. Diakses tanggal 24 Oktober
2012.
Basit Wello, 2011. Manajemen
Ternak Sapi Potong. Masagena Perss. Makassar.
Diharjo,
K., Kusharjanta B. dan Haryanto. 2003. Rancang Bangun Mesin Pencacah Makanan
Ternak sapi Bagi kalangan Peternak menengah Ke Bawah, Vucer Dikti, Jakarta.
Kusharjanta
B, Diharjo K, dan Haryanto, 2004. Rekayasa Mesin Pencampur Makanan Ternak
(Komboran Kering) Sapi Dengan Memanfaatkan Tong Bekas Untuk Kalangan Peternak
Menengah Ke Bawah. Vucer Dikti, Jakarta.
Marhadi. 2009. Peremajaan Padang Penggembalaan.
http://marhadinutrisi06. blogspot.com. [Diakses pada 2 Oktober
2012].
Rianto, E. dan Purbowati, E. 2009. Sapi Potong.Penebar
Swadaya, Jakarta.